Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Selamat Hari 22-12-2012

  • Jumat, 21 Desember 2012
  • Unknown
  • Label:
  • Anak zaman skrg : - Pacarnya sakit, khawatir,, - Ibunya sakit, cuek - Pcarnya ultah, dikadoin,, - Ibunya ultah, di cuekin. - Pcarnya blum mkan, ditnya,, - Ibunya blum mkan, biasa aja - Pcarnya mrah, sedih,, - Ibu mrah, bls mrah - Butuh pcar stiap wktu,, - Butuh Ibu low ada Mau Tpi giliran bgini : - Lg sakit manggil ? IBU - Lg sedih ke ? IBU - Dimrahin ayah ngadu ke ? IBU - Mnta apa aja blng.a ke ? IBU - Giliran IBU mninggal baru. NANGIS. . .!! #HarGaiLah ibu kita, Selamat hari ibu,,22-12-12! Bagi kebanyakan orang mungkin begitu mudah menggambarkan sosok seorang Ibu. Menceritakan kehangatan kasihnya, menuliskan betapa cintanya tak pernah berakhir, serta melukiskan pengorbanan seorang ibu yang tak terukur. Tapi tidak begitu denganku. Aku tak pernah bisa menceritakan kasih ibu, entah hanya menggunakan kata tak bermakna atau kalimat indah para pujangga. Bukan berarti aku tak mencintai ibuku, namun karena aku tak tahu bagaimana kata yang tepat untuk mengisahkan tentang ibuku. Bagiku, seorang ibu lebih indah dari kata para pujangga. Ibuku adalah hatiku. Semenjak kecil, aku tak pernah melihat wujud ibuku. Beliau wafat sesaat setelah berjuang melahirkanku ke dunia. Aku tak pernah mengenal suara ibuku, bagaimana lembut kasihnya, hangat peluknya, cinta tak bersyaratnya. Yang kurasa ibuku ada dalam hatiku, itu saja. Terkadang aku iri melihat mereka menceritakan tentang sosok ibu. Pernah juga sakit hati karena aku tak bisa merayakan hari ibu. Mempersembahkan kejutan kecil lantas dengan sayang mencium pipi ibu sembari berucap, "Selamat hari ibu." Yang bisa kulakukan hanya berdo'a, semoga ibuku diterima di sisi-Nya. Ayah pernah membawaku ke pusara ibu. Aku begitu terkejut kala melihat keadaan tempat peristirahatan terakhir orang yang telah berkorban untukku. Beginikah rumah ibuku? Hanya sebuah gundukan tanah penuh rumput dan daun-daun kering tanpa nisan tanpa bunga-bunga. Sebagai penanda kalau itu makam hanyalah sepotong patok kayu yang hampir habis dimakan rayap. Tak ada nama tertera di sana, tahun meninggal atau apapun seperti layaknya pusara lainnya. Betapa gersangnya peristirahatan terakhir ibuku? Oh, Tuhan! Ini sangat memprihatinkan. Semenjak hari itu aku selalu terbayang-bayang akan keadaan rumah ibuku. Aku berjanji dan bertekad dalam hati akan mencari uang untuk mempercantiknya. Karena meski aku tak mengenal sosok ibu, tak pernah bercengkrama dengan beliau, tapi ibuku adalah hatiku. Singkat cerita aku bekerja sebagai Buruh Migran Indonesia di Taiwan. Setiap bulan gaji yang kudapatkan aku tabung dan kukirim ke keluarga di Indonesia. Saat itu aku berpesan pada keluargaku, "Tolong, sebelum uang ini digunakan untuk yang lain, aku minta satu persyaratan. Bangunlah pusara ibuku." Hingga pada suatu malam perasaanku teramat gundah. Ah, mungkin keluarga di Indonesia rindu kepadaku. Tetapi rasa tak tentram ini terus menerus terjadi bahkan sampai tengah malam. Perasaan tak enak di hati terus bergelayut sampai-sampai aku susah memejamkan mata. Tak terasa menjelang dini hari aku terlelap dan bermimpi. Dalam mimpiku itu aku merasa didatangi seorang wanita berambut panjang dengan memakai gaun warna biru. Beliau membawa payung kecil lantas tersenyum ke arahku. Aku merasa tak mengenalnya dan terheran dengan perilaku wanita itu. Dia berjalan pelan mendekatiku, mengusap keningku dengan lembut dan berujar, "Kamu sekarang kurus sekali, Nak?" Aku hanya terdiam tanpa kata. Tak pernah lepas pandanganku dari wanita itu. Dia benar-benar aneh, namun lebih anehnya lagi aku merasa bahagia karenanya. Tanpa sadar aku pun menitikkan air mata. Tangan wanita itu terjulur mengusap butir bening di pipiku lantas menarikku dalam pelukannya. Dengan lembut dia berbisik di telingaku, "Terima kasih ya, Sayang!" Aku terbangun. Siapa wanita itu? Kenapa dia berterimakasih padaku? Dan juga aku begitu merasa nyaman berada di pelukannya. Aku benar-benar penasaran dan tanpa pikir panjang saat itu juga aku menelfon keluargaku di Indonesia serta menceritakan perihal mimpiku itu. Subhanallah, aku benar-benar terkejut dan spontan menangis tersedu. Ternyata di Indonesia baru saja selesai diadakan selamatan pembangunan pusara ibuku. Setelahnya kuketahui bahwa wanita yang datang di dalam mimpiku itu adalah ibuku. Kerena tak lama kemudian Ayah mengirim MMS foto ibuku. Meski kurang jelas, aku yakin wanita dalam foto itu adalah orang yang sama dengan sosok yang mendatangiku dalam mimpi. "Ya, Allah. Terimalah ibuku di sisi-Mu. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu, dan jauhkanlah ia dari api neraka-Mu," do'aku malam itu. Sekarang, tak perlu lagi aku iri atau bahkan sakit hati karena tak bisa seperti mereka yang masih memiliki ibu. Bagiku, meski tak pernah bertemu, tak pernah bercengkrama, namun ibu ada di hatiku. Tamat.

    0 komentar:

    Posting Komentar